27

“YAKIN SAJA.. Sesuatu yang sudah ditakdirkannya menjadi hak kita,, ALLAH TIDAK AKAN BIARKANNYA menjadi milik orang lain.. ☺️πŸ˜‡


Kalimat itu saya ketik di Notes saya tepat tanggal 27 April 2015 yang lalu.. Saya bahkan tidak ingat lagi kalau saya pernah mengetik kalimat itu di Notes saya.. Saya justru menyadarinya ketika saya membuka email saya, dan tidak sengaja memeriksa Notes.. Saya pikir ‘ini Notes apaa ya..’  baru ngeh.. oalah.. ini kan Notes saya dari Hp saya yang sebelumnya.. ‘Kok bisa masuk sini ya.. eh, apa karna iCloud atau apalah ya namanya ituπŸ€” Ya.. yang jelas saya nemu notes saya yang dr iphone sebelumnya πŸ˜„ 

ah! jadi keliatan banget kan katronya πŸ™ˆ Hahahaa.. 


Lanjut ya.. 


Penasaran. 

Saya baca satu persatu notesnya.. saya scroll trus sampe bawah-bawah dan.... terhenti di Notes tanggal 27 April 2015..


Saya buka..


Tiba-tiba jantung serasa berhenti berdetak (mati donkπŸ˜„ Eh tapi beneran.. dadanya kayak tiba-tiba dipukul dan ditindih beban berat😨)


Saya baca isi Notes saya itu dan beberapa detik kemudian.. 



Ya Allah.. 😭😭😭😭😭😭


Rasanya jantung saya kembali berdetak, tapi seperti 10x lipat lebih kencang dari biasanya. Dug dug dug dug dug dug dug dug! 😰😰😰😰😰





“YAKIN SAJA.. Sesuatu yang sudah ditakdirkannya menjadi hak kita,, ALLAH TIDAK AKAN BIARKANNYA menjadi milik orang lain.. ☺️πŸ˜‡


Ingatan saya seperti terlempar ke masa-masa sulit itu. Saat dimana saya tidak tahu kapan masalah saya berakhir. Saya tidak tahu apakah saya mampu melewatinya. Saya tidak tahu kapan saya bisa bahagia. Saya tidak tahu apakah Allah mendengar doa-doa saya atau bahkan mengabaikan saya. Saat dimana saya hanya ingin bebas, terbebas dari segala tekanan batin yang saya rasakan. Saat dimana saya hampir menyerah.. tapi.. tapi Allah seolah memberi petunjukNya......dengan meniupkan ruh ke dalam rahim saya........


Ya.. Allah kembali menitipkan amanahNya kepada saya. Saya baru mengetahuinya beberapa hari setelah saya memasukkan Gugatan Cerai saya di Pengadilan Agama Gorontalo, pertengahan Maret 2015.. Saat itu saya seperti sedang Dibisiki olehNya, “BERTAHANLAH”. Saya berusaha mempercayai bahwa, Allah pasti punya rencana yang lebih baik untuk saya melalui kehamilan saya yang ketiga ini. 


Akhirnya, saya pun mencabut kembali gugatan saya di Pengadilan Agama.


Satu keyakinan saya, “Allah pasti punya rencana yang lebih baik. Kehamilan ini pasti salah satu cara Allah untuk tetap mempersatukan kami.”


Saya teruuuus memborbardir pikiran saya dengan kata-kata positif. “Allah pasti mendengar doa-doa saya.. Saya sedang dalam tahap itu.. Allah sedang menguji saya.. Allah pasti mengabulkan doa-doa saya.. Pasti.. Pasti.. Pasti..”


Semuanya mudah ketika saya berada dekat dengan suami saya, tapi agak berat karena saya harus kembali lagi ke Makassar untuk menyelesaikan studi saya. Bukan agak, tapi memang beraat.


*****


(Kembali ke zaman now πŸ˜„ kan tadi ceritanya lagi ke 2015, sekarang balik lagi ke 2017 πŸ˜„)


Setelah membaca Notes saya tanggal 27 April 2015 itu.. 

Tangan saya dingin, gemetar.. 


Saya merinding..


Kenapa?


Karena setahun kemudian, tepatnya tanggal 27 April 2016, adalah hari dimana SAYA RESMI MENJADI SATU-SATUNYA ISTRI. 


SATU-SATUNYA. 


YA. SATU-SATUNYA ISTRI SAH MENURUT HUKUM DAN AGAMA. 


Tanggal 27 April 2016 adalah hari kemenangan saya sebagai seorang istri dalam mempertahankan apa yang menjadi hak saya yang TIDAK MUNGKIN DIBAGI-BAGI. Hari itu adalah hari kemenangan saya dalam MEMPERTAHANKAN RUMAH TANGGA SAYA. Mempertahankan apa yang SEHARUSNYA MILIK SAYA. 



Lalu, apakah semudah itu melupakan kesalahan Suami saya?


Tidak. Tidak sama sekali. 


Tapi setidaknya, satu masalah dan memang yang paling utama itu, SELESAI. Itu dulu kita selesaikan, baru kita tuntaskan ekor-ekornya.


Sekali lagi. Saya tidak pernah mengatakan bahwa menerima kembali setelah semua yang terjadi itu mudah semudah membalikkan telapak tangan. Oh, tidak.. tidak semudah itu. 

Silahkan tanya suami saya, apakah semudah yang kelihatannya mendapatkan kepercayaan saya kembali? 


Tidak. 

Tidak mudah untuk mendapatkan kembali kepercayaan yang sudah hilang bahkan minus. Tidak mudah.


Tapi saya melihat kesungguhannya berubah. Saya melihat usahanya untuk mendapatkan kembali kepercayaan saya. Saya melihat ketulusannya untuk menebus kesalahan-kesalahannya.


Melihat semua yang dia lakukan, saya pun berusaha.. berusaha untuk tidak mengingat-ngingat kembali kesalahannya, berusaha untuk benar-benar membuka lembaran baru kehidupan rumah tangga kami. 


Berkat kesungguhannya, usahanya, dan ketulusannya selama lebih setahun ini, Alhamdulillah.. Insyaa Allah Saya tidak setrauma dulu. Tidak sesakit dulu. Kepercayaan saya insyaa Allah sudah kembali seutuhnya. Dan jujur, saya ingiin sekaali bertemu dengan Abidzar, anak dari mantan istrinya. Saya percaya pepatah, “tak kenal maka tak sayang”. Saya ingin benar-benar bisa menerima dia seutuhnya seperti anak saya sendiri, karena dia adalah darah daging suami saya. Saya tidak ingin memelihara bibit kebencian dalam hati saya. Semua sudah berlalu..


Apa yang terjadi dahulu.. Kesakitan yang saya rasakan dahulu.. Tidak sebanding dengan kebahagiaan yang saya rasakan saat ini.. Saya tidak ingin merusak kebahagiaan saya saat ini dengan kebencian saat lalu.. 


Alhamdulillah, segala puji bagi Allah untuk setiap nikmat kebahagiaan yang senantiasa Dia limpahkan untuk kami.. 


*****


27 April 2015.. 27 April 2016..

Ya Allah.. Alhamdulillah ‘alaa kulli hal..

Alhamdulillahilladzi bi ni’matihi tatimmus shalihat..


*****


Semoga postingan ini dapat memberi manfaat dan keyakinan bagi siapa saja yang membacanya.. Bahwa Allah pasti mendengar doa-doa hambaNya dan pasti akan mengabulkanNya dengan cara dan jalan yang begitu indah.. 




Jumat, 27 Oktober 2017 (7 tahun 7 hari Pernikahan) πŸ’

Comments

Popular posts from this blog

SEBAIT DOA UNTUK MEREKA, ISTRI-ISTRI YANG TERSAKITI.

Alhamdulillah, Semua Sudah Berlalu.

Sirup VS Orson