Bapak Tua Penjual Garam Keliling

Pagi itu, dari dalam pete-pete 07 (angkutan kota) dari arah Jl. Abdulah Daeng Sirua menuju kampus Unhas, mataku terpaku pada sesosok pria. Dia berdiri di pinggir jalan sambil memperbaiki isi dalam keranjang yang dia kaitkan di sisi kiri dan kanan sepedanya. Aku tertegun. Kuperhatikan dari ujung rambut sampai ujung kaki. Hhmm,, tidak ada yang istimewa dari penampilannya. Badannya kurus, kulitnya hitam, dan usianya sudah senja.  Sekilas aku melihat isi keranjangnya, ternyata puluhan bungkus garam!

Yaa Allah,, bapak tua ini menjual garam berkeliing dengan sepeda tuanya? Tanpa alas kaki dan hanya topi tua yang melindunginya dari sengatan matahari kota Makassar yang begitu panas seakan membakar kulit?? Astagfirullah. . . Berapa rupiah yang bisa dia dapat dari hasil menjual garam? Cukupkah untuk dia makan hari ini bersama keluarganya? Bagaimana jika garam-garam itu tidak laku terjual setelah seharian dia mengayuh sepeda tuanya, tanpa alas kaki pula? Dimana rumah bapak tua ini?? Sungguh. . . pikiranku berkecamuk membayangkan kehidupan bapak tua penjual garam keliling itu. . . Aku hanya bisa berdoa dalam hati, semoga hari ini garamnya laku terjual. Agar dia bisa membeli beras untuk keluarga, agar ada sedikit senyum terukir di wajah tuanya, sambil berdoa dan bersyukur pada dalam hati. . . "Alhamdulillah,, terjual semuaami garamku, bisaka belikan beras buat istri, anak, dan cucu-cucuku di rumah. . ."

Comments

Popular posts from this blog

SEBAIT DOA UNTUK MEREKA, ISTRI-ISTRI YANG TERSAKITI.

Alhamdulillah, Semua Sudah Berlalu.

Sirup VS Orson