DON'T JUDGE
1. Pengadilan Agama, Mei 2014.
Waktu itu saya sedang duduk di ruang tunggu Pengadilan Agama yang disitu juga ada banyaaak ibu-ibu mulai dari yang udah sepuh, paru baya, sampe yang masih umur 20-an, beberapa juga ada yang bapak-bapak. Rata-rata mereka sedang dalam proses cerai, eh bukan rata-rata sih, tapi semua yang ada di situ sedang mengurus perceraian mereka. Penyebabnya beragam, mulai dari gara-gara orang ketiga, sampe yang karena ga bisa punya anak tapi juga ga mau dipoligami. Sedih ya? 😢
Waktu itu dalam hati saya, "kenapa ga usaha dulu sih untuk memperbaiki?", "kenapa ga jalanin aja dulu sih poligaminya?", "kenapa ga coba dipertahanin rumah tangganya? sayaang bangeeet" dan pikiran-pikiran lain yang seolah-olah menyayangkan keputusan yang mereka ambil, "KENAPA HARUS CERAI?"
Ya, mungkin juga saat itu saya pun sedang menguatkan hati saya bahwa, keputusan yang saya ambil saat ini benar, "mengizinkan" suami berpoligami mungkin satu-satunya jalan untuk mempertahankan rumah tangga saya..
Lanjut ceritanya ya..😁
Di ruang tunggu itu ada beberapa diantara mereka yang saling berbagi cerita kenapa mereka mau cerai, bla.. blaa.. bla.. dan saya pun sempat ditanya salah satu ibu disitu, waktu itu suami lagi ke toilet apa kemana gitu yang jelas saya duduknya sendiri..
Ibu X : "urus cerai? masih muda sekali.."
Saya : "Ga bu,
Ibu X : "oh urus apa?" Ibunya kepo bangeet yak 😅
Saya : izin poligami bu.."
Ibu X : "Oooooo.." 😮
Bisa dibayangin ga ekspresi Ibu itu pas bilang Oooooo ? trus ngeliatin saya dari ujung kaki sampe ujung kepala 😅
Ibu X : "Kenapa? Belum punya anak?"
Saya : "Alhamdulillaah sudah 2 bu.."
Ibu X : "Oohh trus kenapa suami mau poligami?"
Saya : *nyengir aja* 😁 ga tau lagi mau jawab apa..😄 Untung waktu itu suami sudah datang, jadi si Ibu ga jadi kepo lebih lanjut.. Ngeliatin saya dan suami trus bisik-bisik sama ibu-ibu di sebelahnya.. 😂
Waktu itu dalam pikiran saya, pokoknya gimanapun caranya supaya rumah tangga saya tetap utuh. Saya tetap bersama Suami yang sangat saya cintai, dan anak-anak saya ga kehilangan Papinya. Itu aja.
2. Pengadilan Agama, Oktober 2015.
Di sini akhirnya saya memahami kenapa ibu-ibu yang tahun lalu duduk disini sama-sama saya mengambil keputusan untuk bercerai.. Kenapa mereka akhirnya menyerah.. Kenapa mereka akhirnya memilih untuk bercerai..
Sama seperti saya, bisa jadi sebelum mereka ke Pengadilan Agama, mereka sudah berjuang dan berusaha mempertahankan rumah tangga mereka..
Sama seperti saya, bisa jadi benteng pertahanan mereka akhirnya runtuh, sehingga akhirnya memilih untuk bercerai..
Sama seperti saya, bisa jadi mereka sudah capeeek dan ingin melepaskan semua beban-beban yang menyesakkan hati..
Sama seperti saya, bisa jadi rasa cinta dan sayangnya habis dimakan beban hati yang semakin hari semakin besar..
Sudah.. Sampai disini.. Setidaknya saya sudah berusaha..
Akhirnya saya sadar, bahwa saat itu saya salah memandang keputusan yang mereka ambil.. Saya salah sudah menilai mereka lemah.. Dan saya akhirnya mengakui kehebatan mereka, wanita-wanita kuat dan hebat!
Saat itu saya bener-bener belajar..
Bersama atau sendiri, tidak ada yang salah.. Yang penting hati bener-bener bahagia.. Tidak ada lagi beban-beban yang menyesakkan hati.. Tidak ada lagi air mata.. Intinya bebas, lepas, bahagia 😄
So please, bagi yang masih suka nyinyirin keputusan saya yang akhirnya bisa menerima kembali suami saya, mungkin Anda belum pernah mengalami hal-hal seperti yang saya alami di atas. Hati-hati lho 😁
So please, bagi yang masih suka nyinyirin keputusan saya yang akhirnya bisa menerima kembali suami saya, mungkin Anda belum pernah mengalami hal-hal seperti yang saya alami di atas. Hati-hati lho 😁
*****
Dua kejadian yang saya alami di atas bener-bener pelajaran banget bagi saya saat ini untuk tidak serta merta menghakimi keputusan atau jalan yang diambil orang lain yang berbeda dengan pemikiran saya. Dan ternyata saya sepemikiran dengan teman di sebelah saya, hahahaa.. "Haii Chink" 😄
Karena dia pun ternyata pernah mengalami hal seperti yang saya alami, tapi beda cerita.. Intinya dia pernah nyinyirin orang, dan ternyata beberapa tahun kemudian dia pun akhirnya menjalani kehidupan seperti orang pernah dia nyinyirin 😂
*****
Sekian cerita malam ini yang diinspirasi oleh Sahabat Saya, Chink Bagindo 😍😘
Saya barusan nonton nih di metro, sediiiihhh😭, saya yg cowok aja sedih denger kisah nya,
ReplyDeleteAllah Maha Tahu, sampai dimana kekuatan tiap-tiap umatNya untuk bertahan dalam setiap cobaanNya, jadi setiap ujian pada setiap manusia itu berbeda, bisa jadi dimata kita hanya perkara sepele, dan di orang yang ngalamanin hal itu merupakan cobaan berat.
ReplyDeleteterkadang memang orang bgitu gampang mengomentari suatu hal, dengan berkata "ihhh kalo saya jadi dia, tidak bakalan mauma kembali, tojenga," padahal ketika mengalami, akhirnya mereka lebih terpukul, down dan biasanya akan mengambil keputusan yang sama dgn orang yang dinyinyiri.
Kembali lagi Allah telah menjanjikan, kebaikan sebesar biji zahrah pun akan diperhitungkan dan dibalas, bgitupun sebaliknya dengan kejahatan.
Komenku rada gk nyambung yahhh,,,hihihihi