SEMPURNA DALAM KETIDAKSEMPURNAAN
Dulu, sebelum rumah tangga saya diterpa bad~day (badai) seorang teman pernah berkata kepada saya, “ Ana, enaak skaali kalo saya jadi kau di? Suamimu punya usaha sendiri, mertuamu juga baiik skaali.. nda pernah suruhko memasak, nda pernah larangko keluar, dan sebagai dan sebagainya,,, ndaa kayak saya.. Mertuaku itu....... xxxxxxxxxx” kebetulan teman saya itu sering bermasalah dengan mertuanya. Ada lagi yang pernah bilang, “Ana cantik, suami ganteng, punya usaha sendiri yang sukses, punya anak yang lucuu & pintar lagi, masyaa Allah.. Apalagi yang kurang Na?” Kata-kata seperti ini sering saya dengar dari teman-teman saya yang masih single. Nah, kira-kira.. setelah beberapa waktu kemudian mereka tau bahwa “Ana yang Bahagia”, “Ana yang hidupnya sudah sempurna” ini ternyata justru diuji dengan ujian yang paliiing beraat dalam pernikahan, masihkah sama penilaian mereka terhadap saya? Masihkah ingin bertukar tempat dengan saya kala itu? Masih sempurnakah hidup...